.profile-img { float: left; margin: 0 5px 5px 0; padding: 4px; border:3px solid #289728; } .profile-img:hover { border:3px dotted #3B3A3B; } .profile-data { margin:0 10px 20px 10px; padding:0; font: bold 10pt "ms sans serif", verdana,Arial; color:#289728; line-height: 1.6em; text-align:left; text-transform:lowercase; } .profile-data:hover { color:#3B3A3B; } .profile-datablock { margin:.5em 0 .5em; } .profile-datablock:hover { background: transparent url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8MtIbnH6G5qtbAdmSX9m-t5aD5f0kzOwuxCP_dyXVgfYS1ZuUkqr8YbXf_tC0z5gKUNbcOu0gNl2WLO1MwryFP8RRNQZ4_yO4NRwnKkv7tgNQiHARcAfoB5KzLUWr_3kjUhVnShXEP4w/s320/admin.png) no-repeat bottom right ; } .profile-textblock { color:#333; margin: 0.5em 0; line-height: 1.6em; padding:5px 0 5px 0; border-top:2px solid #289728; border-bottom:2px solid #289728; } .profile-link { display:none; }

Sabtu, 27 Juni 2015

Pendidikan..Penting gak penting..

Waw.. judul diatas memang bersifat pesimis dan provokatif. Tapi sebagian dari kita masih baranggapan hal  yang serupa akan pendidikan. Kita bahkan sering mendengar pernyataan bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi? toh kalau perempuan ujung-ujungnya di dapur juga. Buat apa punya ijazah? toh pendidikan tinggi tidak menjamin hidup makmur, belum tentu dapat kerja, banyak tu sarjana yang pengangguran! Pendidikan belum tentu menjamin seseorang untuk sukses. Pertanyaan dan anggapan ini masih berkembang di lingkungan masyarakat kita. Cobalah sejenak kita membaca kembali petikan wawancara dengan Bob Sadino, orang yang sukses dalam dunia usaha dan bisnis.
………………..
Siapa guru-guru terbaik anda?
Alam. Saya melihat anak-anak, saya lihat pohon, matahari, jalanan, batu, sekeliling saya aja. Apa orang itu ndak bisa belajar dari batu? Banyak orang tua yang tidak rela anaknya tidak sekolah.
 Mungkin ada kekhawatiran kalau tidak sekolah nanti tidak bisa hidup?
Apakah mereka tahu dengan sekolah itu anaknya bisa hidup? Apakah nggak sebaliknya, malah karena sekolah dia nggak akan bisa hidup? Kalau saya jadi kamu, segera setelah jadi orang tua, yang saya ingat adalah obrolan saya dengan Bob Sadino. Apakah sekolah itu jaminan bahwa anak itu nanti akan berhasil? Saya hampir pasti kalau kamu jadi orang tua kamu akan paksa anakmu untuk sekolah. Kalau kamu orang tua yang percaya, bahwa dengan sekolah anak itu bisa sukses,  saya cenderung mengkategorikan kamu sebagai orang tua yang tidak bener. Pertama, kamu malas tidak mau mendidik anak sendiri. Kedua, kamu mengandalkan orang lain. Kalau kamu menghendaki anakmu melakukan setiap yang kamu inginkan, kamu orang tua yang paling egois. Bukankah setiap anak itu bebas memilih apa pun yang dia inginkan? Tanpa sadar kamu sedang memperkosa pikiran anakmu. Itu menurut Bob Sadino!
 Ada pemikiran, pendidikan adalah warisan terbaik bagi anak?
Kalau semua orang bilang begitu, saya yang akan bilang tidak! Kamu belum menarik garis sekolah itu apa, belajar itu apa. Alangkah prihatinnya saya. Kasihan sekali pada orang tua yang mendidik anaknya, dengan menyuruh si anak masuk di sebuah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding. Bukankah dunia ini lebar? Warisan disempitkan menjadi satu; sekolah. Yang lain-lain nggak dianggap warisan, alangkah sempitnya pemikiran itu. Anak-anak saya ya saya sekolahkan. Tapi setelah itu saya bebaskan, mau apa terserah. Tidak pernah saya paksakan. Dan walau anak-anak saya selesai sekolah, ternyata mereka juga ndak senang sekolah.
 Apakah ide-ide semacam ini bagus untuk orang-orang di bangku sekolah?
Saya selalu mengatakan, bagi mereka yang memaksakan kepingin sukses, jawaban saya sangat sederhana dan sangat tidak populer. Kalau kamu mau sukses, besok kamu berhenti sekolah. Dan jelas tidak ada satu orang pun yang mau nurut kata-kata saya. Padahal dia sedang mencari dan mengejar sukses. Mungkin orang merasa tidak aman jika meninggalkan sekolah dan tidak punya ijazah? Kamu tahu berapa ribu sarjana yang nganggur. Apakah itu aman buat mereka? Kemarin saya ke IPB sedang mewisuda 1.200 sarjana. Dari 1.200 sarjana yang kemarin diwisuda itu, berapa yang dapat pekerjaan, saya tidak tahu. Yang saya tahu hanya beberapa gelintir saja. Artinya kamu menyekolahkan anak untuk mencapai suatu tujuan, yaitu masuk pada suatu tempat yang tidak aman. Itu jelas sebetulnya. Tapi mengapa paradigmanya tidak pernah mau digeser-geser? Karena itu budaya dari nenek moyang. Orang tua maunya gampang. Sebetulnya sekolah  itu hanya wakil saja dari orang tua. Kalau orang tua yang prihatin, ya dia didik sendiri anaknya.
……………….
Pernyataan Bob Sadino merupakan fakta yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Tidak menjamin orang yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi dapat sukses dalam kehidupannya. Sekolah kurang, belum, dan tidak mampu memberikan peluang untuk sukses tadi. Bagi seorang Bob Sadino sekolah BUKAN-lah satu-satunya lembaga pendidikan yang utama bagi pendidikan seorang anak. Tanggung jawab pendidikan terletak pada orang tua. Sekolah bukanlah satu-satunya lembaga pendidikan yang  dapat menghantarkan kesuksesan seseorang. Banyak faktor yang mempengaruh jalan hidup seseorang mencapai kesuksesan.
Benarkah pendidikan itu tidak penting? Pendidikan itu jelas sangatlah penting. Pendidikan tidak hanya didapat dari sekolah. Alam, lingkungan dan pengalaman adalah alat dan lembaga yang mendidik manusia. Agamapun mengajarkan kita untuk menuntut ilmu. Orang tua diperintahkan untuk mengajarkan dan mendidik anak-anaknya. Ilmu tanpa agama itu buta, dan agama tanpa ilmu itu sia-sia.
            Lembaga pendidikan harus sesegera mungkin berbenah diri dari berbagai masalah yang dihadapinya. Sekolah harus menciptkan manusia yang berfikir dinamis tidak statis. Harus mampu membangun jiwa pemimpin bukan jiwa bawahan.
Beberapa persoalan umum yang menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan antara lain:
  1. Kemiskinan, Gembar-gembor pemerintah dengan memberikan layanan pendidikan gratis masih dianggap rancu dan banyak sekali terjadi penyimpangan. Terutama dalam hal dana (namanya saja Negara korup, apa saja bisa di korup), sehingga masih banyak lapisan masyarakat kita yang tidak bisa merasakan pendidikan yang layak.
  2. Sistem pendidikan, sistem pendidikan haruslah mampu menjamin pemerataan. Mmm, teorinya tapi tidak praktik-nya. Tetap saja si-miskin mendapatkan penolakan-penolakan dari berbagai sekolah. Terutama sekolah yang memiliki “reputasi”.
  3. Tingkah pendidik dan peserta didik. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Slogan yang dirasakan memudar maknanya dengan banyaknya tingkah guru yang mangkir dari tempat tugas (apalagi yang ditempatkan di pelosok desa), banyak guru yang hanya sekedar mengajar (mungkin faktor gaji yang kecil) tanpa mendidik. Siswa sebagai peserta didik masih banyak yang sekolah hanya mengejar nilai dan ijazah. Ini dikarenakan sistem pendidikan hanyalah bersifat formal, yang dicari hanyalah legitimasi sehingga tidak mampu menciptakan generasi yang cakap dan siap terjun di masyarakat.
Nah, pola fikir dan keadaan seperti inilah yang membuat munculnya pertanyaan-pertanyaan serta anggapan di atas tadi. Sekiranya struktur pendidikan itu terjadi pembenahan dan perubahan yang didasarkan kepada memanusiakan manusia sehingga mampu menciptakan manusia yang unggul baik pengetahuan, agama dan keahlian.
Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

/* Widget Profile Ala Blog ForYouDontCry */.vanzADMIN {width:auto; height:83px;padding:5px}.vanzADMIN-gambar {float:left;width:75px;height:75px;margin:4px 1px 0px 0px;border-radius:90em;opacity:0.8;border-top:2px solid #cf2031;border-right:2px solid #0f7dc8;border-bottom:2px solid #2eb31a;border-left:2px solid #eab823;}.vanzdeskripsi{width:auto; padding:1%;font-family:arial,sans-serif; margin:-85px 0 0 110px; font-size:11px; color:#000;}.vanzfb, .vanzgp, .vanztw {color:#fff!important; display:block;font-weight: bold; line-height: 14px; height: 14px; width: 14px; border: 3px solid #444;text-align: center;padding:3px;border-radius:15px;font-size: 13px;text-decoration:none!important;margin: 1px;position:relative;margin-right:0px}.vanzfb {background: #3B5998;margin-left:73px}.vanzfb:hover {border-color: #4F77CC; box-shadow: 0 0 3px #4F77CC;}.vanzgp {background: #D34836;font-size:11px;margin-left:85px}.vanzgp:hover {border-color: #EB503C; box-shadow: 0 0 3px #EB503C;}.vanztw {background: #4099FF;margin-left:73px}.vanztw:hover {border-color: #36D0FF; box-shadow: 0 0 3px #36D0FF;}